Jumat, 08 November 2013

Safety Riding

PENGEMUDI/PENGENDARA USIA DINI


Ayok nak, gas poll... rem pol... :D
Akhir-akhir ini banyak berita tentang kecelakaan di jalan yang melibatkan pengendara motor atau pengemudi mobil yang berusia sangat muda. Kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh putra ketiga Ahmad Dhani dan Maia Estianty, Abdul Qodir Jaelani, atau yang akrab disapa Dul. Akibat kecelakaan itu, enam orang tewas seketika dan seorang lainnya meninggal dunia setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit. Mereka adalah penumpang mobil Daihatsu Gran Max B 1349 TPN yang datang dari arah Jakarta. Mobil Dul juga menghantam mobil Toyota Avanza B 1882 UJZ, tidak jauh dari mobil Gran Max tersebut.....Tragis.

Di sekitar wilayah Randubelang, sering saya dapati anak-anak berusia sangat muda  (mungkin kelas 6 SD atau baru masuk SMP) yang mengendarai motor malah kadang mereka berboncengan sampai bertiga.... serem deh
Memang sih, klo tidak dilatih sejak usia dini, saat dewasa nanti menjadi cangung pengendara motor atau pengemudi mobil, tapi anak-anak yang terlalu muda ini seharusnya tidak dilepas begitu saja ketika pengemudi mobil atau mengendarai motornya, mereka harus ditemani dengan orang tua saat belajar pengendara motor atau pengemudi mobil dan harus oleh orang yang sudah memiliki ijin.
Lalu kapan mereka boleh pengemudi mobil atau mengendarai motor... ya nanti ketika usai sudah 17 tahun salah satu persyaratannya, menurut UU No. 22 Tahun 2009. 
(lebih lengkap lihat : http://www.polri.go.id/banner/berita/91)

Mengapa anak-anak ini tidak boleh mengendarai sendiri?
ü  Anak-anak ini masih muda dan tentunya berjiwa muda. Mereka belum mengenal apa yang disebut dengan “sabar”. Di jalan mereka tidak sabar untuk menunggu, antri, memberi jalan kepada orang lain, dan hal-hal lain yang terkait dengan kesabaran. Dipepet sedikit saja oleh orang lain, langsung panas dan ngajak balapan. Di tengah kemacetanpun, kalau bisa tidak berhenti. Padahal sebaiknya mengemudi itu “defensif driving“, yaitu tidak agresif. Sabar.

ü   Anak muda masih belum dapat melihat situasi. Apakah pengendara di depan akan berhenti, belok, atau bahkan nekad ngaco? Apakah penyeberang akan nekat berlari menyeberang atau berhenti? Hal ini dapat dipelajari melalui pengalaman. Waktu. Jam terbang. Yang mana ini belum dimiliki oleh anak muda tersebut. Inilah sebabnya mereka harus ditemani dan diajari dahulu untuk menambah jam terbang.

ü   Anak muda masih sering menghayal, misal menghayal jadi pembalap. Maka di jalan mereka merasa jadi pembalap dan tidak mengerti bahwa pembalap itu hanya bisa dilakukan di lintasan balapan, bukan di jalan raya/umum. Anak muda masih ingin menunjukkan jati dirinya. Saya jagoan. Saya bisa ngebut. Padahal memangnya asal bisa nginjek gas itu jagoan? (Ada beberapa cerita yang menunjukkan mereka memotret speedometer mereka untuk gaya-gaya-an.) Bahwa seseorang dapat naik ke atas motor (atau duduk di belakang kemudi mobil), gas, pindah kopling (untuk yang manual), dan membelokkan setirnya bukan berarti dia lantas boleh masuk ke jalan (apalagi jalan raya). Kemampuan teknis saja belum cukup. Dibutuhkan kematangan emosional juga.

Sudah saatnya kita pro-aktif dalam melarang (anak-anak kita) dan menegur anak-anak yang masih belum cukup umur untuk mengendarai kendaraan. Mari kita selamatkan mereka dan pengguna jalan lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar